Jika anda ingin belajar sabar, belajarlah dari orang-orang yang sudah sabar. Ada salah satu kisah nyata tentang orang yang cukup terkenal kesabarannya. Orang itu yang namanya W. Mitchel. Dia adalah seorang pemuda yang tampan, tinggal di Amerika, memiliki hobi naik sepeda motor besar.
Suatu hari dia menaiki sepeda motornya masuk ke jalan tol (di Amerika boleh). Dia mengendarai dengan kecepatan hampir 200 km/jam. Entah kenapa mendadak terjadi gangguan pada mesinnya, sehingga dia menengok ke bagian bawah, tepatnya ke bagian karburator. Tapi pa yang terjadi? Ketika dia melihat ke depan ternyata ada truk Mc Donald yang menghadang di depannya. Hanya dalam sepersekian detik dia gunakan refleknya, dia membanting setirnya dan sepeda motornya masuk ke dalam kolong truk.
Beruntung, dia tidak menabrak truk, akan tetapi wajahnya tergores aspal, sepeda motornya terbakar, dan tubuhnya juga terbakar 90%. Dia dibawa ke rumah sakit, dan dirawat di sana. Akan tetapi dia tidak minder. Wajahnya yang jelek karena tergores aspal malah dia jadikan sarana untuk menakut-nakutin perawatnya.
Setelah keluar dari rumah sakit, dia hidup seperti biasa, dia membangun bisnisnya sampai akhirnya go public. Dia juga menikah dengan perempuan yang cantik. Suatu hari dia naik helikopter pribadinya bersama 3 orang temannya. Mereka bepergian untuk menikmati indahnya pemandangan. Akan tetapi di perjalanan terjadi badai salju, sehingga saluran bahan bakarnya tersumbat salju. Malang tak bisa ditolak. Pesawatnya terjatuh, dan 3 orang temannya mati. W. Mitchel sendiri kondisinya sangat menyedihkan, tubuhnya lumpuh leher ke bawah, suaranya tidak bisa keluar karena syarafnya mati, tidak bisa bernafas kecuali memakai alat bantu, dan dia tidak bisa menelan makanan sehingga harus diinfus. Dia tidak bisa menggerakkan badannya kecuali dengan kedipan matanya.
Dengan kondisi seperti itu merawatnya berusaha berkomunikasi dengan dia. Dibuatnya bahasa isyarat, jika kedipan mata sekali berarti iya, dan kedipan dua kali berarti tidak. Dengan mengumpulkan 26 huruf abjad ditanyakan kepada dia hurufnya ini atau bukan, sehingga akhirnya terkumpul huruf-huruf dan terbentuklah kalimat. Dengan cara seperti ini maka komunikasi dengan W. Mitchell masih bisa dilakukan.
Saat itu dokter berkata, “Mulai hari ini kamu menjadi tumbuhan, hidupmu hanya tergantung pada belas kasihan orang lain”. Mendengar perkataan dokter dia bukannya tertekan, tapi dia malah tertantang. Dia menjawab perkataan dokter dengan bahasa isyaratnya,”Memangnya kamu Tuhan.” W. Mitchell menambahkan, bahwa dia akan keluar dari rumah sakit, dia akan bisa mandiri.
Istrinya pada awalnya masih setia. Akan tetapi setelah 3 minggu istrinya melarikan diri, mencairkan semua hartanya dan kabur dengan pria lain. Mendengar semua kejadian ini W. Mitchel bukan tertekan tetapi malah tertantang. Dia tidak putus asa, justru keinginannya untuk bisa mandiri makin kuat.
Suatu hari dia berkata kepada perawatnya, “Tolong alat bantu pernafasan saya dilepas”. Perawatnya ketakutan, dikiranya W. Mitchel mau bunuh diri. Akan tetapi W. Mitchel meminta terus-menerus dan meyakinkan kepada perawatnya bahwa dia hanya ingin latihan bernafas. Akhirnya sang perawat berusaha melepaskannya, sehingga W. Mitchel kesulitan bernafas. Setelah agak lama perawatnya memasangnya lagi. W. Mitchel merasa lega, akan tetapi dia meminta lagi adar alat bantu pernafasannya dilepas lagi. Sang perawat mencobanya sampai berkali-kali.
Setelah 14 hari ternyata W. Mitchel bisa bernafas tanpa alat bantu. Akhirnya W. Mitchel meminta kepada perawatnya agar disuapi makanan. Perawat tidak berani karena takut Mitchell tidak bisa menelan makanan, yang terburuk malah tidak bisa bernafas. Mitchel berusaha mencari cara agar perawatnya mau, dia minta supaya disuapi jus buah dulu. Akhirnya sang perawat mencobanya. Dia menyuapkan sedikit jus buah. Mitchel berusaha menelannya, akan tetapi dia kesulitan. Malahan sebagian keluar lagi lewat hidungnya.
Kejadian itu terus diulang-ulang, sampai hari ke 10 akhirnya dia bisa menelan makanan. Suatu hari dia mencoba berteriak-teriak. Perawatnya kaget, sehingga dia bertanya, “Ada apa?” Mitchel menjawab, “Engga saya hanya latihan bicara.” Tentu saja Mitchel mengucapkan ini dengan bahasa isyarat. Setelah itu Mitchel sering kedengaran berteriak-teriak. Sampai akhirnya setelah dicoba berkali-kali dia bisa berbicara. Dengan cara ini akhirnya komunikasi dengan Mitchel jauh lebih mudah.
Suatu hari Mitchel berbicara lagi kepada perawatnya. Dia minta supaya tangannya dibantu bergerak. Dia terus latihan menggerak-gerakkan tangannya. Sampai suatu saat tangannya bisa bergerak. Dia akhirnya bisa menggerakkan tangannya, sehingga bisa keluar dari rumah sakit dengan menggunakan kursi roda.
Begitulah perjalanan hidup W. Mitchel, dia bisa kembali hidup normal karena kesabarannya serta kemauannya yang kuat.
No comments:
Post a Comment