Wednesday, September 15, 2010

Motivasi belajar 15




Cerita ini merupakan lanjutan dari bagian 14, jika belum membaca sama sekali silakan buka di bagian 1. Ketika memasuki SMA 2 Tulungagung, saya bersama 4 orang teman saya yang SMP. Saya sendiri ketika mendaftar ke SMA 2 mengambil 3 formulir. Ketiga formulir itu adalah baut saya, Samsul Hadi dan Sulistyono. Samsul Hadi dan Sulistyono dulunya satu SD. Ketika SMP bersama dan sekarang memasuki SMA juga bersama. Akhirnya Samsul dan Sulis bersama-sama dalam satu kost. Saya sendiri tidak pernah kost. Saya langsung dari rumah yang jaraknya 13 km. Rumah samsul dan Sulis memang lebih jauh dari saya, sekitar 5 km dari rumah saya. Pantas saja mereka tidak nge-kost, karena jaraknya dengan sekolah sampai 18 km.

Di akhir kelas 1, Sulis pindah kost ke tempat lain yang lebih baik (lebih mahal). Karena tidak ada teman maka Samsul tidak nge-kost. Dia langsung berangkat dari rumah menuju ke sekolah dengan memakai sepeda pancalnya. Terus terang saya merasa kasihan melihatnya. Saya tidak bisa menolongnya karena waktu itu sepeda motor saya dipakai berdua, yaitu dengan kakak saya yang kelas 3. Begitu kakak saya sudah tidak ke sekolah (karena kelas 3 di akhir tahun ajaran pasti sudah beres terlebih dahulu), saya memberikan tawaran kepada samsul.

Saya mengajaknya bersama-sama dengan saya naik sepeda motor. Dia menggunakan sepeda pancalnya untuk datang ke rumah saya. Setelah itu ikut sepeda motor saya ke SMA 2 Tulungagung. Ya begitulah, selama di kelas 2 kami selalu bersama-sama ketika berangkat dan pulang. Kami terkadang juga belajar bersama-sama. Jadilah dia teman saya yang paling akrab.

Karena dia teman SMP saya, maka dia sangat mengenal saya. Melihat nilai-nilai ulangan saya yang berubah drastis dibandingkan dengan SMP maka dia banyak bertanya kepada saya. Dia memang dari dulu juga tahu ketika memasuki SMP nilai NEM saya juga terbaik. Ketika di SMP sendiri nilai saya mulai jatuh dia juga tahu. Bahkan waktu itu kurang percaya kalau nilai saya jatuh. Tapi setelah saya tunjukkan, dia baru percaya. Ketika di kelas 3 SMP dia berada satu kelas dengan saya. Ketika di kelas 3 SMP itulah nilai saya mulai merangkak naik lagi.

Nah yang dia curigai ketika di SMA kenaikannya jauh berbeda. Di semester 3, nilai ulangan matematika selama 4 kali nilai saya selalu 100. Ini yang membuatnya curiga. Bagaimana cara belajarnya? Dengan maksud memotivasi dia akhirnya saya membuka rahasia saya belajar. Tapi saya mengingatkan, jangan diceritakan kepada orang lain. Akhirnya sejak saat itu dia sering menanyakan kepada saya tentang matematika dan fisika.

Dalam bidang matematika jelas nilai saya lebih baik. Tapi aneh, walaupun saya sering mengajari dia fisika, nilai fisika dia lebih tinggi dari saya. Saya pernah melihat kertas ulangan dia. Dia menanyakannya kepada saya kesalahannya. Pas saya lihat ternyata kesalahan yang ada adalah salah pengoreksian, sehingga saya suruh dia protes ke gurunya. Jadinya dia malah dapat 100. Sementara kesalahan saya adalah kurang telitinya dalam hitungan. Mungkin saat itu saya salah dalam memilih identitas diri. Saya menganggap diri saya tidak teliti.

Ketika menerima raport semester 3 nilai Fisika Samsul di raport adalah 9 sementara punya saya adalah 8. Karena kondisi ini saya mengambil langkah berikutnya untuk menghadapai semester 4. Kebetulan di semester 4, kredit untuk fisika adalah 6 (di semester 3 hanya 4). Jadi saya tidak boleh main-main lagi denga fisika. (padahal sebelumnya juga tidak main-main).

Berlanjut ke bagian 16

No comments:

Post a Comment