Wednesday, September 29, 2010
Motivasi Belajar 17
Kisah ini adalah lanjutan dari bagian 16. Jika anda ingin membaca dari awal, silakan membaca pada bagian 1. Di semester genap sekolah saya biasa merayakan ulang tahunnya. Dalam rangka memperingati ulang tahun tersebut maka diadakan beberapa lomba. Salah satunya adalah lomba cerdas cermat antar kelas. Waktu itu ketua kelas saya (ILIK, panggilan untuk Anang Arifudin) berusaha memilih beberapa teman saya yang bisa diikutkan cerdas cermat. Dia memilih Anita, tetapi Anita menolak. Saya juga diajak tapi saya juga menolak. Masalahnya saya hanya ranking 11 (ini semester 4, jadi raport semester 4 kan belum ada, belum ada bukti saya bisa rangking 4). Ditambah lagi yang ditandingkan adalah banyak pelajaran, saya kan tidak bisa pelajaran lain selain fisika dan matematika.
Masalah lain adalah pelaksanaannya hari Minggu pagi. Hari minggu pagi adalah jadwal saya untuk ikut bimbingan belajar. Akan tetapi pada akhirnya saya terima. Saya berfikir saya bisa ikut bimbingan belajar dengan nyelundup ke kelas sore. Team yang terbentuk dari kelas saya adalah Hadi, Keke dan saya. Akhirnya Hadi yang menjadi juru bicaranya. Dari cerdas cermat ini kelas saya (fisika 3) memperoleh rangking 2. Sedikit berada di bawah kelas fisika 2.
Saat itu diadakan lomba cerdas cermat karena sekolah saya bakalan diundang untuk mengikuti cerdas cermat TVRI di Jawa Timur. Ikutnyapun tidak dari babak penyisihan, tetapi langsung babak semifinal. Hal ini dikarenakan pada tahun sebelumnya kakak kelas saya berhasil masuk babak final. Rencananya lombanya akan diadakan pas saya kelas 3 nanti.
Ketika saya sudah kelas 3, sekolah saya beberapa kali menyiapakan lomba ini dengan memberi latihan. Saya tidak tahu, sekolah memilih siswa yang dilatih dengan kriteria seperti apa. Akan tetapi yang dipilih pastilah yang pernah ikut lomba cerdas cermat antar kelas. Walaupun kelas saya hanya juara 2, tetapi yang ikut dilatih adalah 2 orang, yaitu saya dan Hadi. Sementara dari fisika 2 hanya wilis, dari fisika 1 Ery dan dari kelas 2 adalah Teguh.
Dalam cerdas cermat ini soal yang paling banyak adalah tentang P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Kalau materi ini yang paling menguasai adalah Wilis dan Teguh. Sementara Saya, Hadi dan Ery kurang menguasai. Yang paling parah tidak menguasai adalah saya. Sudah tidak menguasai, saya tidak mau belajar pula.
Hadi berusaha mengimbangi kemampuan eksaknya dengan belajar P4. Saya tahu karena dia teman sekelas saya dan selalu mau cerita ke saya. Sementara kondisi Ery saya tidak tahu. Hadi menasehati saya agar belajar P4. Akan tetapi saya tetap tidak belajar juga. Yang jelas, cerdas cermat ini bukanlah prioritas saya. Saya lebih suka mempelajari olimpiade matematika. Bagi saya tidak penting apakah saya nanti terpilih menjadi team atau tidak (karena hanya diambil 3 orang).
Kami berlima sering diadu. Segala pertanyaan yang berkaitan dengan P4, jika diberikan kepada saya saya jawab dengan ngawur. Yang berkaitan dengan ilmu umum, saya sedikit tahu. Ilmu umum di sini banyak berkaitan dengan berita saat ini, yang berkaitan dengan pemerintahan. Giliran Kimia atau Fisika, terlihat berimbang. Giliran ditanya matematika, terjadi ketidak seimbangan. Kebetulan guru matematika menanyakan soal supaya siswa berebut. Pernah diberi 15 soal, saya berhasil merebut 12 soal, Wilis 1 soal, Hadi 1 soal dan Ery 1 soal. Sementara Teguh tidak berhasil merebut, karena masih kelas 2. Sebenarnya apakah kemampuan saya 12 kali lipat dibandingkan yang lain? Tidak sama sekali. Saya mungkin hanya punya kemampuan 1 detik menghitung lebih cepat dibandingkan yang lain. Karena jam belajar saya dalam matematika lebih banyak dibandingkan dengan yang lain (maklum kelas 1 sudah mempelajari kelas 3).
Saya tahu, yang pasti terpilih adalah Wilis dan Teguh. Tinggal satu orang lagi siapa? Wilis terpilih karena kemampuannya yang paling sempurna. Teguh jelas dipilih, karena menjadi kader buat kelas 2. Tinggal satu lagi. Waktu itu yang membacakan pengumumannya adalah pak Adjar Soegito. Dalam hati saya,”Wah kalau yang mengumumkan Paka Adjar Gimana ya? Beliau adalah guru PMP. Pasti dia tahu banget kalau saya tidak bisa P4 sama sekali. Tetapi ternyata saya ikut terpilih.
Mungkin saya terpilih karena ketika di bidang matematika kemampuan saya jauh berbeda dibandingkan dengan yang lain. Jadi beginilah kalau kerja team. Saya tidak harus membangun kelamahan saya. Saya justru harus memperkuat apa yang saya sudah mampu. Karena kelihatan berbeda inilah maka saya malah terpilih. Berlanjut ke bagian 18.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bagian 18'y mana pak?
ReplyDeletelanjutannya dong pak.....!!!
ReplyDeleteLanjuttt pak, serruuu 👍
ReplyDelete