Saturday, August 14, 2010

Pengalaman Belajar 13

(Kisah ini merupakan lanjutan dari kisah 12, jika anda belum membaca sama sekali silakan buka di bagian 1)

Saya mengerjakan soal secepat mungkin. Nomor demi nomor saya coba terus-menerus, lumayan soal tidak sesulit olimpiade, jadi mudah untuk difikirkan. Aku bahkan mendapati soal-soal yang belum diajarkan di sekolah, tetapi aku sudah mempelajarinya ….. (dalam hati bangga juga aku bisa mengerjakannya, mungkin kalau dikerjakan temanku belum tentu bisa … he he, atau malah ga bisa) … ssst aku ga boleh gitu, ini kan kerja team, kalau temanku ga bisa berarti aku juga ikut menanggung akibatnya.

Tapi sayang, waktu yang disediakan memang tidak mencukupi. Setelah dihitung kelompokku hanya mengerjakan 40 soal. Aku menyumbang 18 soal, Wilis 13 soal dan Salman 9 soal. Karena soal pilihan ganda, maka pengoreksian bisa berlangsung cepat, siang itu langsung diumumkan. Rencananya panitia akan mengambil 10 besar untuk masuk di babak berikutnya. Urutan 1 adalah SMA Petra Surabaya, urutan 2 dan 3 saya juga lupa, SMA mana, tetapi rata-rata SMA swasta di Surabaya. SMA ku yang paling banyak mengirimkan orang sama sekali tidak ada yang lolos.

Terus terang aku tidak merasa kecewa dengan kekalahan ini, karena kelompokku semuanya masih kelas 2 SMA. Jadi masih ada kesempatan sekali lagi untuk ikut. Ya, tentu saja nanti di kelas 3 SMA. Siang itu Aku langsung berpisah dengan Wilis dan Salman, mereka berdua menuju ke rumah saudara Wilis, sementara aku dan ibuku menuju tempat kost kakak. Rencananya aku dan ibuku pulang naik kereta api, sedangkan Wilis dan Salman naik bus.

Hari Senin aku mulai masuk sekolah. Paginya aku ketemu anak kelas 3, tapi aku juga tidak tahu namanya. Dia hanya mengatakan ,”Wah hebat, kelompokmu bisa mengerjakan 40 soal.” Mungkin dia berfikir , “Kalau tahun depan kamu ikut, peluang menjadi juara cikup besar.” Oh, akau baru sadar ternyata siswa kelas 3 yang ngobrol sama aku ini berarti kemarin ikut.

Hari-hari berlalu. Aku berusaha untuk fokus belajar. Aku mulai banyak memfokuskan pada buku fisika. Maklum buku fisika karangan Yohanes Surya untuk kelas 2 ini ada 2 jilid, sedangkan kelas 1 dan kelas 3 masing-masing 1 jilid. Jadi dari kelas 1 sampai kelas 3 totalnya 4 jilid. Buku fisika semester 3 ini ketebalannya mengalahkan kelas 1 yang 2 semester, jadinya kelas 2 ini terlihat materinya paling banyak. Aku terus berlatih fisika. Soal-demi soal aku lalui, tapi nampaknya di semester 3 ini aku tidak menamatkan sampai 100%, paling hanya 80-90% saja.

Sebenarnya aku juga mengikuti bimbingan belajar, namanya BES (Bina Eksakta Sosial). Ketika akhir semester di bimbel ini diadakan latihan ulangan sumatif. Dari latihan ulangan ini sebenarnya nilaiku tidak begitu tinggi, misalnya matematika nilainya hanya 74, tetapi nilai inilah yang tertinggi terpasang di papan pengumuman. Waktu aku lihat nilai fisika, aku agak terkejut juga, nilaiku ternyata mencapai 95. Wooow … hampir sempurna. Aku jadi berfikir,” sebenarnya aku lebih berbakat matematika atau fisika ya”. Tapi setelah kuamat-amati aku baru tahu, ternyata soal-soal fisika yang kupakai latihan dari buku Yohanes Surya setara dengan soal fisika mahasiswa tingkat 1. Jadi karena terbiasa dengan soal yang sangat sulit, maka soal yang sulit jadi terasa mudah.

Bersambung ke bagian 14.

1 comment: