Saturday, August 7, 2010

Real Dan Imajiner

Ada hal yang unik, ternyata otak manusia tidak bisa membedakan mana bagian yang real dan mana bagian yang Imajiner. Dalam suatu Seminar saat itu sang pembicara (Pak Tung) menyuruh peserta untuk membayangkan, kejadian berikut.

“Di suatu siang hari, ketika itu panas terik, anda dalam perjalanan pulang dengan berjalan kaki, matahari tepat di atas kepala anda. Anda berjalan dengan kondisi lelah, udara sangat panas. Anda ingin segera sampai di rumah. Anda berjalan dengan pelan-pelan, karena badan sudah lelah. Setelah lama berjalan, anda akhirnya sampai di rumah. Akhirnya anda membuka pintu. Pintu perlahan terbuka. Kemudian anda masuk ke dalam ruang. Anda terus masuk, sehingga sampai di ruang tengah. Sesampai di ruang tengah anda mendapatkan kulkas, kemudian anda mencoba membuka pintu kulkas tadi. Dari dalam kulkas udara dingin berhembus keluar. Setelah itu anda temukan sebutir jeruk. Kemudian sebutir jeruk tadi anda ambil dan anda belah dengan menggunkan pisau yang terdapat di sebelahnya. Sehingga cairannya memercik ke tangan-tangan anda, setelah terbelah 2 anda membelah lagi sehingga jeruk terbelah menjadi 4 bagian. Cresssss, bau harum, manis bercampur kecut masuk ke dalam hidung anda. Rasa dingin di tangan anda terasa, karena ada percikan air dari jeruk yang anda potong tadi.”

Setelah itu pembicara bertanya,”Siapa di sini yang keluar air liurnya?” Ternyata 80-90% angkat tangan. Padahal jeruknya tidak ada. Ajaib bukan? Ternyata memang otak manusia tidak bisa membedakan mana yang real dan mana yang imajiner. Karena itulah, kita bisa memanfaatkan kondisi ini untuk membuat kita mau bekerja atau belajar lebih keras.

Seperti artikel saya sebelumnya, bahwa otak manusia hanya mencari nikmat dan menghindari sengsara. Akan tetapi bagaimana kita mau bergerak jika nikmat dan sengsara tadi belum kita alami? Tentu saja anda bisa merasakan dengan membayangkannya. Kegagalan apa yang anda dapatkan jika anda tidak take action. Nikmat seperti apa yang anda dapatkan jika anda take action. Anda tidak perlu mengalami kenikmatan dan kesengsaraan tadi, anda cukup membayangkannya saja. Jika anda sulit membayangkannya, anda harus mencari bantuan orang lain supaya bisa membayangkan, misalnya dengan ikut seminar motivasi.

Dulu di zaman nabi Muhammad SAW, ketika terjadi perang, para sahabat nabi begitu rela mengorbankan nyawanya. Mereka berperang habis-habisan. Kenapa? Karena mereka membayangkan kenikmatannya ketika bisa memasuki surga setelah mati syahid. Walaupun mereka belum pernah melihat surga, mereka sudah bisa membayangkan. Ya, seperti itulah indahnya surga. Jadi otak mereka bisa membayangkan, seolah-olah melihat sesuatu yang sebelumnya belum pernah dilihat (sesuatu yang masih imajiner)

No comments:

Post a Comment