Suatu hari ada seorang raja yang sedang berburu bersama para pengawalnya dan satu orang penasehatnya. Pada saat sampai di hutan raja mengeluarkan peralatan berburunya. Pada saat memakai pisau, mendadak jarinya terpotong sampai putus. Sang raja merasa sangat kesakitan. Ketika dalam masa perawatannya, sang raja bertanya kepada penasihatnya, wahai penasihatku, apa makna dari kejadian ini. Sang penasehat mengatakan ,”Apapun kejadiannya, perlu kita syukuri.”
Mendengar perkataan penasehatnya ini raja merasa tersinggung. Dia mengatakan dengan nada keras ,”Apa-apaan kamu ini, masak saya kehilangan jari harus disyukuri?” Saya tidak bisa mensyukuri kejadian seperti ini.” Sang penasihat berkata lagi, “Benar baginda, baginda memang kehilangan jari, tetapi tetap ada yang bisa kita syukuri.” Karena tidak bisa menerima kata-kata penasehatnya, sang raja menyuruh para pengawal untuk memenjarakan penasihat ini sesampainya di istana. Yang terjadi memang demikian, akhirnya sang penasehat dimasukan ke dalam penjara. Dia mengangkat penasehat yang lain.
Setelah beberapa bulan, raja sudah tidak merasa asing dengan kehilangan jari kelingkingnya. Karena hobinya berburu, dia tetap ingin berburu. Suatu hari dia berburu bersama para pengawalnya dan penasehatnya yang baru. Rombongan ini mencari tempat perburuan di hutan. Mereka masuk ke hutan yang sangat lebat. Malang nasib mereka, ternyata daerah itu adalah kekuasaan suku yang masih terasing. Mereka akhirnya ditangkap. Sudah menjadi kebiasaan suku itu, jika ada orang asing yang masuk, mereka menangkapnya, kemudian memandikannya dan menyembelihnya untuk dijadikan persembahan para dewa.
Akhirnya mereka memandikan rombongan itu. Tiba giliran raja, mereka melihat jarinya tidak lengkap. Karena jarinya tidak lengkap mereka meyakini kalau orang ini tidak layak menjadi persembahan buat para dewanya. Akhirnya orang ini ditendang dan disingkirkan. Orang ini yang tidak lain adalah raja, berusaha melarikan diri. Suku asing ini tidak memperdulikannya karena orang ini dianggap cacat.
Dengan jerih payah yang berkepanjangan, akhirnya sang raja sampai juga di istana. Akhirnya dia baru ingat, “benar juga kata penasehatku yang dulu, apapun kejadiannya sebaiknya kita syukuri. Selama ini saya tidak mau mensyukuri kehilangan jari saya, akan tetapi kehilangan jari ini yang malah bisa menolong saya.” Karena menyadari akhirnya dia menyuruh prajuritnya untuk mengeluarkan penasehat lama dari penjara.
Raja mengangkat penasehat lama ini menjadi penasehatnya lagi. Raja berkata, “Saya mengucapkan terima kasih kepadamu, apa yang kamu katakana andalah benar. Kalau jari saya masih utuh, mungkin saya akan disembelih oleh suku asing itu, maafkan aku telah memenjarakanmu”. Sang pengawal berkata, “Tidak baginda justru hamba mengucapkan terima kasih karena telah mengambil keputusan untuk memenjarakan saya. Kalau tidak mungkin saya juga ikut disembelih oleh suku asing itu”.
No comments:
Post a Comment