Cerita ini merupakan lanjutan dari bagian 11. Jika anda belum membaca sama sekali, silakan masuk ke bagian 1. Setelah menitipkan pendaftaran di kakak kelas, kami bertiga akhirnya lebih fokus pada persiapan belajar. Soal-soal yang kami pakai latihan andalah soal bekas kompetisi matematika Unibraw. Di sekolah kami berdiskusi, di rumah belajar sendiri-sendiri.
Tibalah waktunya kami untuk berangkat sehari sebelum lomba. Waktu itu Wilis mengajak menginap di rumah saudarnya. Akan tetapi aku agak bingung, karena ibuku juga ingin pergi ke Surabaya. Memang ibuku termasuk orang yang sering pergi ke Surabaya. Maklum, kedua kakakku ada di Surabaya. Keduanya sedang kuliah di Fakultas Kedokteran Umum Unair. Jadi, karena aku mau ke Surabaya maka ini menjadi kesempatan emas bagi ibuku untuk pergi ke Surabaya. Akhirnya disepakati, Wilis dan Salman menginap di rumah saudara Wilis. Sedangkan saya menginap di tempat kost kakak saya. Akan tetapi kami pergi ke Surabaya harus bersama-sama. Ayah Wilis juga ikut ke Surabaya.
Sesuai perjanjian, kami berkumpul di Terminal bus Tulungagung pada pukul 13.30. Setelah berkumpul kami bertiga (maksudnya berlima, karena ada ibu saya dan ayah Wilis) lansung berangkat menggunakan bus umum. Perjalanan Tulungagung Surabaya kira-kira menempuh 4 jam perjalanan. Menjelang magrib, kami sudah tiba di terminal Surabaya (biasanya disebut terminal Purabaya atau Bungurasih). Wilis. Salman dan ayahnya naik bus kota menuju rumah saudaranya, sedangkan saya dan ibu menuju ke tempat kakak saya, sehingga kami berpisah.
Sesampai di tempat kost kakak, saya masih menyempatkan untuk latihan soal. Malamnya saya segera istirahat agar besok pagi bisa bangun dengan kondisi segar. Tiba saatnya pagi hari, saya diantar ibu saya untuk dating ke fakultas MIPA universitas Airlangga. Sesampai di tempat, saya agak kaget, karena banyak sekali siswa SMA 2 Tulungagung yang ikut dalam lomba itu. Mungkin sekitar 25 orang, semuanya kelas 3 SMA, kecuali aku, Wilis, dan Salman yang masih kelas 2. Saya tidak tahu, kenapa banyak siswa kelas 3 yang ikut, mungkin mereka merasa agak panas jika tidak ikut, karena ada kelas 2 yang ikut.
Waktu itu ada sedikit cerita yang agak lucu. Cerita ini saya dapat dari Mas Agung Budi Sasongko, ketua OSIS SMA kami. Dia menceritakan kenapa sampai bisa ikut. Waktu itu ada temannya, namanya Nina mengajaknya ikut, “Agung, ikut yuk lomba matematika di Unair, kelompokku kurang satu orang lagi.” Akhirnya Agung ikutan, demi temannya. Setelah itu dia bertanya,”Satu lagi siapa?” Nina menjawab, “Belum ada”. Ternyata memang belum ada, jadi maksudnya ,”Agung, kalau kamu mau ikut di kelompokku, berarti kurang satu orang lagi.”
Akhirnya waktu lomba tiba. Aku Wilis dan Salman duduk bertiga di suatu ruangan. Wilis di tengah, Salman di sebelah kanan, dan aku di sebelah kiri. Waktu itu testnya berupa test tulis. Jumlah soal adalah 100. Semua soal mirip materi sekolah, tidak seperti di olimpiade matematika. Bisa dikatakan soal-soal test saat itu mirip dengan soal-soal UMPTN (kalau sekarang SNMPTN). Kami bertiga membagi lembar kertas menjadi 3 bagian, supaya lebih efektif. Masing-masing mengerjakan sendiri-sendiri, karena soalnya pilihan ganda. Bersambung ke bagian 13.
pak ceritanya lanjutkan secepatnya, seru !
ReplyDelete