Diceritakan, ada sebuah keluarga yang memiliki 1 orang anak. Mereka memelihara seekor kuda. Suatu hari kudanya pergi menghilang. Tetangganya langsung bicara ,”Wah nasibmu begitu buruk ya, kuda satu-satunya milikmu pergi entah kemana, padahal kehidupan keluargamu sangat tergantung pada kuda itu.” Pemilik kuda itu berkata ,”Nasib baik-nasib buruk siapa yang tahu, jalani saja”.
Setelah kudanya menghilang beberapa hari, ternyata kuda tersebut kembali dengan membawa puluhan kuda liar. Tetangganya langsung berkata,” Wah nasibmu begitu baik ya, ternyata kudamu kembali dengan membawa kuda-kuda liar”. Pemilik kuda itu berkata ,”Nasib baik-nasib buruk siapa yang tahu, jalani saja”.
Akhirnya anaknya bermain-main dengan kuda liar tadi dengan tujuan untuk menjinakkannya. Tapi apa yang terjadi? Ternyata anaknya terjatuh dari kuda liar tadi sampai tulangnya patah, sehingga anaknya cacat seumur hidup. Tetangganya langsung berkata,”Wah nasibmu begitu buruk ya, anakmu satu-satunya cacat seumur hidup”. Langsung saja dia jawab,” Nasib baik-nasib buruk siapa yang tahu, jalani saja”.
Beberapa bulan setelah itu, negara mereka terlibat perang. Dalam perang itu sudah dipastikan Negara mereka tidak mungkin menang. Pimpinan Negara itu akhirnya mencari pemuda-pemuda yang masih sehat untuk diikutkan dalam perang. Anak pemilik kuda tadi tidak bisa diikutkan karena cacat, sementara tetangganya harus menyerahkan anaknya. Tetangganyapun akhirnya berkata,”Wah nasibmu begitu baik ya, anakmu tidak ikut perang, padahal perang ini negara kita pasti kalah”. Diapun menjawab,” Nasib baik-nasib buruk siapa yang tahu, jalani saja”.
Ternyata dalam perang tersebut negara mereka menang, sehingga anak tetangga yang ikut perang mendapat jabatan di pemerintahan. Tetangga tadi langsung berkata ,”Wah nasibmu begitu buruk ya, anakmu tidak memperoleh jabatan di pemerintahan”. Langsung dijawab,” Nasib baik-nasib buruk siapa yang tahu, jalani saja”.
Beberapa tahun setelah kejadian itu, anak yang mendapat jabatan tadi terlibat dalam korupsi, sehingga menjadi buron. Bahkan orang tuanya ikut menjadi buron. Dia berkata kepada pemilik kuda,”Wah nasibmu begitu baik ya, tidak seperti nasibku yang menjadi buron. Maka dia jawab,” Nasib baik-nasib buruk siapa yang tahu, jalani saja”.
No comments:
Post a Comment