Wednesday, October 20, 2010
Pembatas Pikiran Manusia
Manusia kemampuannya sering merasa terbatasi oleh keadaan. Mungkin hujan, mungkin tidak punya uang, teman-teman tidak mendukung, dan lain-lain. Seringkali ada orang yang berpikir, kalau hujan maka dia tidak bisa melakukan perjalanan. Menurut saya bukan hujannya yang membatasi, tapi pikiran dia yang membatasi. Untuk apa ada orang yang menjual payung? Tentu saja karena payung berguna untuk mengatasi hujan.
Ketika masih menjadi mahasiswa tingkat 2, saya membaca sebuah lowongan mengajar di sebuah bimbingan belajar. Dari lowongan itu tertulis persyaratan, syaratnya adalah mahasiswa tingkat akhir atau sarjana. Saya sendiri ngeyel ingin mencoba melamar, padahal saya adalah mahasiswa tingkat 2. Anehnya saya tetap dipanggil. Siapa yang membatasi bahwa syaratnya mahasiswa tingkat akhir atau sarjana? Apakah bimbingan belajarnya? Kalau memang bimbingan belajarnya kenapa mahasiswa tingkat 2 dipanggil juga? Sebenarnya yang membatasi adalah pikiran kita sendiri.
Mungkin anda pernah membaca artikel saya tentang menjinakkan gajah. Gajah dijinakkan dengan membatasi kemampuannya. Pada intinya bukan gajahnya yang dipengaruhi, tetapi pikiran yang ada pada gajah yang dipengaruhi. Hingga akhirnya ketika gajah diikat dengan tali yang tidak begitu kuat sang gajah tidak mau melepaskan diri karena dibatasi oleh pikirannya.
Ketika Tung Desem Waringin punya cita-cita menjadi juara lomba karya tulis tingkat nasional, maka beliau mencoba ikut lomba karya tulis ilmiah sejak semester 1. Padahal persyaratannya minimal harus semester 5. Apakah semester 1 pada akhirnya ditolak? Ternyata tidak. Jadi yang membatasi bukan panitianya. Akan tetapi pikiran para pesertalah yang membatasi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment