Saturday, July 24, 2010

Menyusun Cita-Cita Agar Lebih Mudah Tercapai

Salah satu kultur di negara kita ini anak kecil sering diajari bercita-cita, sementara ketika sudah besar anak-anak jarang diajari bercita-cita. Jika kita menanyakan kepada anak-anak kecil ,”Apa cita-citamu?” maka anak-anak langsung menjawab dokter, pilot, guru, perawat, insinyur, professor, presiden, dan lain-lain.


Sayangnya ketika sudah mulai dewasa, misalnya ketika masuk SMA, mereka tidak menjawab jika ditanya apa cita-citanya. Kalaupun ada jawaban biasanya menjelang lulus SMA. Jawabanya adalah ,”saya mau masuk teknik elektro ITB, saya mau masuk Fakultas kedokteran UI, saya mau masuk Psikologi UGM,” dan seterusnya. Ketika seseorang tidak memiliki cita-cita maka dia tidak akan tahu tujuan hidupnya. Ini bisa menyebabkan orang tersebut menjadi malas.


Ketika masih anak-anak maka kita diajarkan cara sederhana dalam bercita-cita. Yaitu jenis pekerjaan apa yang dia miliki ketika dewasa nanti. Sangat jarang anak kecil disuruh membayangkan, nanti memiliki rumah seperti apa, punya perusahaan sebesar apa, atau punya berapa perusahaan dan lain-lain. Kenapa? Karena anak kecil kesulitan jika disuruh membayangkan punya perusahaan sebesar apa. Maka diajarkanyalah dia mencita-citakan jenis pekerjaannya.


Problemnya ketika mulai dewasa anak-anak tidak diajarkan lebih lanjut cita-citanya. Dianggap masing-masing sudah tahu. Memang sebenarnya juga sudah tahu. Mereka tentu juga tahu punya 5 perusahaan lebih baik dibandingkan 1 perusahaan. Mereka juga tahu memiliki perusahaan yang besar tentu lebih baik dibandingkan memiliki perusahaan kecil. Akan tetapi tahu saja tidaklah cukup. Karena kurang diingat-ingat cita-citanya maka mereka hanya punya cita-cita jangka pendek. Sehingga anak-anak kelas 3 SMA (atau kelas 12) cita-citanya hanya ingin masuk perguruan tinggi tertentu. Mereka bahkan tidak punya cita-cita mau lulus kapan? Mau kerja ke mana? Mau dapat gaji berapa? Atau mau membangun bisnis apa? Dan sebagainya.


Dengan latar belakang tersebut saya mencoba menulis beberapa hal yang harus dilakukan ketika punya cita-cita


1. Cita-cita harus tertulis

Cita-cita hendaknya ditulis, bisa ditulis di kamar, bisa ditulis di buku harian, bisa ditulis di website, dan sebagainya. Bahkan kalau perlu ditulis di batu atau kayu berukir. Lebih baik lagi jika anda punya list cita-cita anda, bisa 100 cita-cita. Wah banyak sekali? Ya sebenarnya kita bisa memiliki banyak cita-cita. Misalnya jika anda seorang mahasiswa anda bisa punya banyak cita-cita jangka pendek, misalnya ,”menjadi ketua himpunan, menjadi asisten praktikum di laboratorium tertentu, juara lomba karya tulis ilmiah, dan tentunya masih banyak yang lain. Sebuah penelitian di Yale University, hanya 3% mahasiswa yang punya cita-cita yang tertulis. Sisanya 97% tidak tertulis. Dua puluh tahun berikutnya mereka dihitung kekayaannya. Ternyata 3% yang punya cita-cita tertulis ini jumlah kekayaanya lebih besar dari yang 97%. Padahal 3% jauh lebih sedikit dari yang 97% bukan? Dan jumlah kekayaan yang 3% ini adalah 3 kali lebih besar dari jumlah kekayaan yang 97%.


2. Cita-cita harus spesifik

Dalam suatu seminar, seorang pembicara mengatakan, “Siapa yang ingin saya buat seketika menjadi lebih kaya,”. Maka banyak sekali peserta seminar yang maju. Akhirnya pembicara membagikan masing-masing uang Rp 100,- kepada yang maju, setelah itu disuruh duduk. Memang betul yang maju menjadi lebih kaya dibandingkan dengan sebelumnya, yaitu lebih kaya Rp 100,-. Tentu saja bukan itu yang diinginkan. Makanya jika anda punya cita-cita ingin kaya harus jelas (spesifik) berapa besar kekayaan yang anda inginkan. Apakah 1 milyar di tahun depan? Atau 5 milyar 3 tahun ke depan, serta 100 milyar 10 tahun ke depan? Dan sebagainya. Seringkali ketika saya menanyakan cita-cita seseorang dia menjawab,”Saya ingin berguna bagi nusa dan bangsa.” Akhirnya saya balik bertanya,”Apakah tukang sapu berguna bagi nusa dan bangsa?” maka dia menjawab “Iya”. Tentu bukan itu yang anda cita-citakan bukan? Tentunya jika cita-cita anda hanya tukang sapu, maka anda tidak akan serius dalam sekolah. Anda tidak akan mau belajar berbisnis dan sebagainya.


3. Cita-cita harus positif

Otak manusia tidak mengenal kata tidak. Tentu saja kalau ada tulisan “Jangan merokok” , para perokok justru ingat rokoknya, mungkin dia langsung berfikir ,”di mana ya tempat yang boleh dipakai merokok”

Begitu juga jika seorang istri cemburu pada suaminya,si istri berkata,”Awas ya sekali-kali papa jangan pernah menelpon Mia”. Maka suaminya langsung berfikir ,”Oh iya ya. Saya sudah lama tidak menelpon Mia”. Dengan bercita cita ,saya tidak mau lulus terlambat, maka yang diingat otak bawah sadarnya adalah terlambat. Jika anda mengatakan saya tidak mau gagal maka otak bawah sadar akan memikirkan gagal. Maka berkatalah atau tulislah ,”Saya harus berhasil.” Maka otak bahwah sadar anda akan mengatakan berhasil. Dan ini akan membantu anda untuk lebih mudah berhasil.

1 comment:

  1. JAzakalloh.....Semoga kita sukses menggapai ridlo Alloh.Dan d masukkan ke dalam Surga-Nya.

    ReplyDelete