Apakah marah tidak boleh ? Tentu saja boleh, tapi gunakanlah strategi. Misalnya, jika anak anda berbuat tidak baik anda boleh marah, tetapi gunakanlah strategi. Misalnya anda punya 2 orang anak, si kakak dan si adik.
Suatu hari karena si kakak marah kepada si adik dia memukul adiknya. Apakah anda membiarkan? Atau anda langsung marah ? Saya sarankan anda memberikan peringatan, “Jangan kakak, dipukul itu jelas sakit. Tolonglah disayangi adiknya.” Setelah itu bikin perjanjian, jika si kakak masih memukul adiknya lagi maka si kakak juga harus anda pukul.
Ternyata, suatu hari si kakak memukul adiknya lagi. Maka anda harus tegas. “Eit, kakak, tidak boleh ya”. Saat itu cobalah pukul dia, sehingga dia merasakan sakitnya dipukul. Akan tetapi pukulan ini tidak untuk menyakiti dia. Ini untuk mendidik dia. Yang jelas marah bukan untuk melampiaskan emosi anda. Setelah memukul cobalah katakana kepada si kakak ,”Kakak, papa sebenarnya tidak ingin memukul kakak. Papa ingin berkata, hati papa juga terluka jika memukul kakak. Boleh papa memeluk kakak? “ Saat itu peluklah si kakak dengan penuh kasih sayang.
Marah boleh, tetapi gunakanlah strategi. Jangan sampai anda marah tidak pada tempatnya. Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika dalam suatu perang, Ali bin Abi Thalib sudah mengalahkan musuhnya. Ketika Ali mau memancung kepala musuhnya mendadak musuhnya meludah, dan ludahnya mengenai wajah Ali. Hati Ali ketika itu marah, tetapi yang aneh Ali tidak jadi memancung musuhnya. Dia malah meninggalkannya. Orang-orang merasa keheranan, “Ali, musuhmu itu sudah kalah, engkau tinggal memancung kepalanya.” Maka si Ali lansung berkata “Jika saya marah terus memancung kepalanya, saya takut memancungnya bukan karena Allah, tetapi karena ingin melampiaskan marah saya.”
No comments:
Post a Comment