Kisah ini adalah lanjutan dari (bagian 6). Ketika saya kelas 1 SMA, di awal semester 2 ada seorang kakak kelas saya yang namanya Supriono. Dia telah memperoleh peringkat 7 dalam olimpiade matematika tingkat propinsi . Saat itu yang mengumumkan adalah Bapak Hari (bagian OSIS) pada upacara bendera. Diberitahukan juga yang memperoleh juara 1, 2 dan 3 adalah SMA swasta di Surabaya. Ketika mengumumkan itu Pak Hari seolah-oleh memberikan isyarat supaya nanti kalian bisa mendapatkan yang lebih baik.
Ketika mendengar semua itu saya berkata dalam hati “Inilah yang kutunggu-tunggu”. Tahun depan saya akan lebih baik. Ini janji saya. Setelah melihat itu semua saya makin sungguh-sungguh (tergila-gila) dengan matematika. Tapi sayang di kelas 1 ini saya hanya memperoleh peringkat 4 untuk semester 1 dan peringkat 13 pada semester 2. Itu adalah peringkat di kelas 1-5, bukan peringkat parallel (maksudnya peringkat angkatan).
Kelas 1-5 sebenarnya kelas yang agak aneh. Tanda tulisan 1-5 di depan kelas diubah sehingga ada gambar apinya. Kaos kelasnya saja untuk cowo di bagian punggungnya tertulis “GO TO HELL”, ada gambarnya orang berdarah-darah menetes. Sungguh menyeramkan. Masih ada beberapa hal yang aneh, tapi saya lupa.
Ketika melihat peringkat saya 13 dan orang tua memarahi saya, saya malah makin semangat belajar matematika. Dengan berpedoman pada buku “Berfikir dan Berjiwa Besar” saya mulai mencoba sesuatu hal yang mungkin tidak akan dilakukan oleh orang lain. Saya akan melakukan sesuatu yang siswa SMA se-Indonesia mungkin tidak mau melakukannya.
Di zaman saya SMA, libur kenaikan kelas lamanya 1 bulan. Saat itu saya memanfaatkan waktu saya sebaik-naiknya untuk mewujudkan cita-cita. Saya mendapatkan buku warisan dari kakak saya. Titik berat saya adalah mempelajari semua matematika kelas 2 SMA. Waktu itu bukunya adalah karangan Sukino, terbitan Intan Pariwara. Saya harus mengerjakan semua soalnya. Tiap hari saya belajar tanpa memperdulikan waktu. Mungkin tiap hari saya belajar 6 jam, 8 jam atau bahkan 10 jam. Terus terang saya sebenarnya jadi merasa jenuh belajar ketika itu. Tapi saya tetap memaksa belajar. Saya hanya berfikir, tidak mungkin saya akan gila karena belajar seperti ini.
Justru orang menjadi gila karena tidak belajar. Ketika saya kelas 1 SMA, belajar matematika merupakan hal yang menyenangkan. Tapi sekarang sangat tidak menyenangkan (mungkin karena terlalu banyak). Mungkin anda sendiri menyadari, kalau kue tart rasanya enak. Tapi jika kita langsung menerima banyak kue tart pastilah kita jadi ga suka. Bahkan jika kebanyakan makan bisa jadi perut kita sakit.
Tapi saya terus bertahan untuk belajar matematika. Bahkan bab suku banyak bisa saya pelajari dalam satu malam dan saya kerjakan semua soalnya. Akhirnya dalam 2 minggu saya selesai mempelajari matematika kelas 2 SMA. Karena masih ada libur 2 minggu, akhirnya saya pelajari matematika kelas 3 SMA. Saya bisa menamatkan matematika kelas 3 SMA dalam 2 minggu juga.
Waktu itu kakak saya yang kedua (Miftahul Ilmiah) sedang mengikuti UMPTN. Ketika dia sudah pulang langsung saya lihat soal-soalnya, saya sudah bisa mengoreksi beberapa kesalahan-kesalahannya. Karena saya kasih tahu kesalahan-kesalahannya kakak saya jadi pesimis. Tapi Alhamdulillah kakak saya diterima di pilihan 1, yaitu Kedoteran Umum Unair. Woow, 2 orang kakak saya kuliad di tempat yang sama. Mereka sama-sama diterima di pilihan 1. Bisakah saya nanti diterima di pilihan 1?
Itu adalah pengalaman dahsyat ketika belajar matematika. Bagaimana dengan fisika? Saya sama sekali belum menyentuh fisika kelas 2 waktu itu.
BERSAMBUNG ke (bagian 8)
Jika anda membutuhkan motivasi untuk pendidikan, bisnis, dan lain-lain oleh Muhammd Son Muslimn anda bisa menghubungi (022) 91207872
No comments:
Post a Comment