Tuesday, September 25, 2012
Pentingkah Optimis ?
Optimis merupakan hal yang sangat penting. Tanpa punya sifat yang optimis, seseorang menjadi tidak berani bertindak jika ada peluang lewat di depannya. Kebalikan dari optmis adalah pesemis. Orang yang pesimis selalu ragu-ragu untuk bertindak. Dia tidak yakin bahwa apa yang dilakukan bakalan berhasil.
Seorang siswa SMA yang akan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi haruslah optimis. Dengan optimis maka dia akan meyakini bahwa dirinya akan lulus melalui test masuk perguruan tinggi. Dengan adanya keyakinan ini maka dia akan semakin rajin belajar. Berbeda dengan siswa yang pesimis. Siswa pesimis tentunya tidak yakin bahwa dirinya akan berhasil. Dengan adanya ketidakyakinan ini maka dia semakin tidak sungguh-sungguh dan tidak belajar.
Apakah optimis perlu dibatasi ? Ini merupakan pertanyaan yang menarik. Ketika kita naik pesawat terbang, para pramugari akan mengajari cara memakai safety belt, baju pelampung dan alat bantu pernafasan. Dengan adanya pemberitahuan ini, maka bisa dikatakan bahwasanya penerbangan pesawat terbang ini tidak 100% optimis.Selalu saja ada kemungkinan mengalami gangguan atau bahkan kecelakaan. Yang terpenting, jika kondisi ini terjadi mereka sudah siap.
Suatu hari ada tentara Amerika yang ditahan pada perang vietnam. Dia dimasukkan ke penjara bersama teman-temannya. Setelah bertahun-tahun di dalam penjara, akhirnya dia dibebaskan. Akan tetapi teman-teman dia banyak yang meninggal di penjara. Saat itulah dia ditanya, apa yang membedaakn antara mereka yang sudah meninggal dengan yang masih hidup. Jawabannya sungguh mengejutkan. Orang-orang yang sudah mati duluan, kebanyakan adalah orang-orang yang optimis. Mereka merasa optimis bahwasanya pemerintah Amerika akan membebaskan.
Begitu yakinnya mereka akan dibebaskan, tetapi ternyata pemerintah Amerika tidak membebaskan. mereka tetap optimis dan mngatakan, "oh mungkinpas hari natal tanggal 25 Desember nanti kami dibebaskan". Ternyata pada tanggal 25 Desember pemerintah Amerika tidak membebaskan juga. Akhirya mereka berpikir ,"oh mungkin kami akan dibebaskan pas tahun baru," ternyata waktu tahun baru mereka idak dibebaskan juga. Akhirnya mereka berpikir, "mungkin nanti pas hari valentine tanggal 14 Februari, kami dibebaskan". Ternyata tanggal 14 Februari mereka tidak dibebaskan. "Oh mungkin tanggal 4 Juli pas hari kemerdekaan Amerika, kami akan dibebaskan", ternyata tanggal 4 Juli mereka tidak dibebaskan juga. Karena begitu optimisnya akhirnya mereka malah kecewa dan akhirnya mereka malah meninggal duluan.
Ketika siswa SMA mau SNMPTN, saya selalu memberikn motivasi kepada mereka agar optimis. Akan tetapi, saya masih bertanya juga, bagaimana seandainya nanti tidak diterima. Akan tetapi ada saja pengajar yang menentang saya. SNMPTN saja belum kok berpikir untuk tidak diterima. Saya mengatakan, sebisa mungkin memang harus diterima. Sebisa mungkin kita harus masuk ke plan A. Akan tetapi tidak ada salahnya kita menyiapkan plan B jika sewaktu-waktu plan A gagal. Tidak ada salahnya kita menyiapakan perguruan tinggi swasta jika SNMPTN gagal. Tidak aa salahnya kita berpikir untuk mengulang SNMPTN tahun depan jika tahun ini belum lulus SNMPTN. Kita bisa membuat banyak rencana.
Jadi, optimis memamang penting. Akan tetapi kita tidak boleh optimis 100%. Orang yang sukses juga mengalami kegagalan berkali-kali. Yang terpenting ketika gagal kita harus segera bangkit lagi. Seandainya seorang siswa nilai Ty Outnya hanya 25, dan SNMPTN sudah tinggal 1 bulan lagi, kemudian sswa tersebut berpikir "Harus yakin, pokoknya saya yakin pasti bisa memilih STEI ITB". Saya kira tindakan ini perlu dikoreksi. Yakin boleh, bahkan harus. Optimis boleh, bahkan harus. Akan tetapi realita tetap perlu kita perhatikan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment