Kekuatan misi hidup yang menggairahkan
Ada sebuahpengalaman dari Tung Desem Waringin ketika mengikuti lomba karya tulis ilmiah. Ketika itu dia sedang mengadakan penelitian tentang kebersihan di beberapa kota. Ketika bertemu dengan tukang sapu di kota Klaten dia bertanya ,”Bapak sedang apa?”. Tukang sapu itu menjawab dengan nada agak marah “Masa ga lihat, sedang nyapu lah”. Kemudian tukang sapu itu ngomel-ngomel “sudah gajinya kecil masih ditanya-tanya”
Kemudian Tung Desem waringin juga mengadakan survey di kota Solo. Kebetulan kota Solo sudah 7 kali berturut-turut memperoleh hadiah adipura. Jika kota Solo memperoleh adipura sekali lagi maka akan mendapat hadiah adipura kencana. Ketika Pak Tung bertanya kepada seorang tukang sapu di sana dengan pertanyaan, “Bapak sedang apa?” maka tukang sapu tadi menjawab dengan penuh antusias, “Oh saya sedang mempersembahkan piala adipura untuk kota Solo, saya yakin tahun ini Solo akan mendapatkan adipura kencana. Dan kamu tahu, adipura ke 1 sampai ke 7 saya ikut serta”.
Sekarang coba bandingkan kira-kira mana tukang sapu yang nyapunya lebih bersih ? Sudah pasti yang kedua. Kenapa? Karena tukang sapu yang kedua punya misi, sedangkan tukang sapu pertama tidak. Jika anda seringkali malas dalam mengerjakan sesuatu, hati-hati. Mungkin anda tidak punya misi terhadap pekerjaan itu. Atau mungkin misi anda harus diganti yang lebih baik.
Ada seorang Bapak tua yang kerja di hotel. Kerjanya setiap hari mengecek pintu hotel. Dia selalu mencoba membuka atau menutup pintu hotel itu untuk mengecek apakah engselnya rusak atau belum, atau mungkin perlu diperbaiki supaya tidak rusak. Dia kerjanya begitu terus. Karena ada lebih dari 600 kamar maka jika semua kamar sudah diperiksa maka dia kembali untuk memeriksa kamar pertama lagi. Lama satu putaran pemeriksaan bisa mencapai 3 bulan, sehingga begitu selesai pemeriksaan semua pintu maka dia harus kembali memeriksa pintu pertama.
Bapak ini sudah bekerja lebih dari 25 tahun, tetapi kerjanya terus semangat. Ketika itu ada orang yang menemuinya dan bertanya ,”Apakah anda tidak bosan?” Dia menjawab ,”Tidak”.Kemudian ditanyakan lagi , “Apa yang membuat Bapak tidak bosan mengerjakan pekerjaan ini?” Bapak tua itu menjawab “Oh itu karena pekerjaan saya ini begitu penting. Coba bayangkan di hotel ini sering diadakan pertemuan besar. Yang datang adalah pimpinan-pimpinan perusahaan besar. “
Kemudian orang itu bertannya ,”Itu saja pak?” Bapak itu menjawab “Tidak. Seandainya pintu ini rusak, sehingga tidak bisa dibuka dan hotelnya terbakar maka orang di dalamnya akan mati terbakar. Bayangkan jika 600 kamar di sini semua diisi oleh para pimpinan perusahaan, Jika mereka terbakar maka maka perusahaan mereka tidak akan ada lagi yang memimpin. Jika mereka masing-masing memiliki 1000 karyawan, itu artinya 600.000 karyawan tidak terselamatkan. Jadi pekerjaan saya ini sebenarnya menyelamatkan nasib 600.000 orang.
Aha, ternyata Bapak ini punya misi yang begitu bagus. Pertanyaannya adalah, “Sudahkah anda memiliki misi hidup yang menggairahkan?” Jika anda seorang pemilik perusahaan maka saya bertanya ,”Sudahkah karyawan anda dibimbing untuk memiliki misi hidup yang menggairahkan?” Jika belum saya sarankan supaya anda melatih dari sekarang. Dengan cara seperti ini maka karyawan anda akan bekerja dengan sungguh-sungguh walaupun tidak anda awasi.
Thursday, December 31, 2009
Tuesday, December 22, 2009
Pengalaman Belajarku 10
Kisah ini merupakan lanjutan dari bagian 9. Kelas 2 semester 3 adalah waktu pertama kali aku ikut dalam olimpiade matematika. Ketika itu ada 4 orang dari angkatan saya yang diikutkan, dari fisika 3 ada 2 orang, yaitu aku dan Hadi, dari disika 2 ada 2 orang, Wilis dan Yuli. Sementara dari fisika 1 tidak ada yang diikutkan. Pembagiannya memang agak aneh, apalagi aku. Semua anak-anak yang diikutkan rata-rata memiliki peringkat 1 atau 2 di kelasnya ketika masih kelas 1. Tapi aku? Hanya peringkat 13. Ya 13 tepatnya. Itupun di kelas yang biasa-biasa saja, 1-5. Tapi InsyaAllah saya bisa. Saya sudah mempelajari semua materi SMA
Untuk kelas 1 saya lupa ada berapa orang, mungkin 3 orang. Begitu juga dengan kelas 3, yang jelas mas Suprianto ikut. Saat itu saya optimis bahwa saya pasti lolos. Kenapa? Masalahnya saya adalah satu-satunya siswa yang sudah menamatkan materi SMA. Anak kelas 3 kan belum menamatkan matematika? Mungkin anda bertanya-tanya, kok anak kelas 3 masih boleh ikut olimpiade? Karena waktu itu proses penyeleksian sampai pembinaan tingkat nasional sangat cepat (hanya beberapa bulan), maka kelas 3 boleh ikut. Berbeda dengan sekarang, proses seleksi dan pembinaan membutuhkan waktu lebih dari setahun, sehingga jika siswa kelas 3 ikut maka tahun depannya status dia sudah bukan siswa SMA lagi.
Beberapa hari sebelumnya kami sempat dikumpulkan di lab fisika untuk belajar matematika. Lho, koq di lab fisika? Ya iya, masalahnya semua kelas dipakai buat belajar. Jadi yang nganggur hanya lab fisika. Saat itu kami dikumpulkan, termasuk yang kelas 1 dan 3. Sebelum acara dimulai mas Suprianto diminta untuk menceritakan pengalamannya tahun lalu. Dia menjelaskan bahwa soal-soal yang ada di olimpiade lebih banyak menggunakan nalar kita.
Akhirnya datanglah ibu Bedria, pengajar matematika kelas 3. Bu Bedria memberikan soal-soal olimpiade, waktu itu ada 3 soal, pertama tentang deret, kedua tentang suku banyak, dan ketiga tentang dimensi 3. Kelihatannya aku lebih suka pada dimensi 3, sementara Wilis memilih deret (lebih tepatnya barisan, karena tidak dijumlahkan suku-sukunya). Sementara Hadi lebih suka mengerjakan suku banyak.
Saya tidak memilih suku banyak karena soalnya agak berbeda dengan yang pernah saya pelajari. Saya tidak memilih barisan, karena hanya ditugasi mencari suku ke n, jadi serasa kurang bergengsi. Tapi apa yang terjadi? Usaha saya untuk menjawab dimensi 3 tidak ketemu-ketemu. Walaupun ketemu, tetapi usaha yang saya lakukan benar-benar melelahkan. Ketika Bu Bedria membuat pembahasan, ternyata jawaban akhirnya berbeda dengan punyaku. Saya masih sangat PD dengan jawabanku. Saat itu saya tidak menyadari, dengan perhitunganku yang sangat panjang, maka kemungkinan terjadi kesalahan sangatlah besar. Aku menyadarinya setelah sampai di rumah.
Ketika Bu Bedria melakukan pembahasan barisan, saya kurang memperhatikan karena sibuk sendiri ngulik dimensi 3 nya. Tiba giliran pembahasan suku banyaknya. Saat itu Bu Bedria hanya memberi petunjuk terlebih dahulu. Seingat saya waktu itu soal yang diberikan adalah tentang akar-akar suku banyak yang membentuk deret aritmetika. Karena siswa kelas 1 dan 2 belum tahu tentang deret aritmetika maka Bu Bedria menjelaskan tentang deret aritmetika.
Saat itulah teman sebelah saya (Hadi) langsung mengerjakannya dengan perhitungan yang agak nekat, mksudnya walaupun hitungannya panjang dia tetap melanjutkan. Sementara saya cenderung mencari strategi. Akhirnya, Hadi menemukan jawabannya. Seingat saya waktu itu jawaban Hadi betul. Sejak saat itu saya lansung berfikir, jika ada soal jangan terlalu banyak mikir, langsung kerjakan saja, walaupun hitungannya agak rumit.
Sampai di rumah saya mengulang-ulang soal yang diberikan. Karena berfikir keras tubuh saya memanas, tetapi bukan sakit. Ini baru saya rasakan pertama kali ketika belajar matematika. Wah luar biasa soal-soal olimpiade ini, saya mulai merasakan beginilah soal-soal yang menuntut orang untuk berfikir. Tidak seperti soal-soal di sekolah yang cenderung mengingat cara. Karena begitu teori diberikan, maka soal-soal yang diberikan tidak jauh berbeda dengan teori.
Keesokan harinya Wilis memberitahukan ada soal-soal yang bagus, yang isinya semua penalaran. Soal-soal itu adalah bekas kompetisi matematika di Unibraw yang didapt dari teman kami, Salman (alm). Misalnya berapa banyak angka nol di posisi paling belakang pada bilangan 80! (delapan puluh faktorial). Ada lagi soal 7 pangkat 1991 jika dibagi 100 sisanya berapa ? Dan masih banyak soal yang lainnya. Melihat soal-soal itu saya langsung kepengin memfotokopi. Dengan adanya soal ini maka beban belajar saya meningkat. Tetapi, ini merupakan tantangan yang menggairahkan. Bagaimana kelanjutan lomba ini ? Silakan lanjutkan di bagian 11.
Untuk kelas 1 saya lupa ada berapa orang, mungkin 3 orang. Begitu juga dengan kelas 3, yang jelas mas Suprianto ikut. Saat itu saya optimis bahwa saya pasti lolos. Kenapa? Masalahnya saya adalah satu-satunya siswa yang sudah menamatkan materi SMA. Anak kelas 3 kan belum menamatkan matematika? Mungkin anda bertanya-tanya, kok anak kelas 3 masih boleh ikut olimpiade? Karena waktu itu proses penyeleksian sampai pembinaan tingkat nasional sangat cepat (hanya beberapa bulan), maka kelas 3 boleh ikut. Berbeda dengan sekarang, proses seleksi dan pembinaan membutuhkan waktu lebih dari setahun, sehingga jika siswa kelas 3 ikut maka tahun depannya status dia sudah bukan siswa SMA lagi.
Beberapa hari sebelumnya kami sempat dikumpulkan di lab fisika untuk belajar matematika. Lho, koq di lab fisika? Ya iya, masalahnya semua kelas dipakai buat belajar. Jadi yang nganggur hanya lab fisika. Saat itu kami dikumpulkan, termasuk yang kelas 1 dan 3. Sebelum acara dimulai mas Suprianto diminta untuk menceritakan pengalamannya tahun lalu. Dia menjelaskan bahwa soal-soal yang ada di olimpiade lebih banyak menggunakan nalar kita.
Akhirnya datanglah ibu Bedria, pengajar matematika kelas 3. Bu Bedria memberikan soal-soal olimpiade, waktu itu ada 3 soal, pertama tentang deret, kedua tentang suku banyak, dan ketiga tentang dimensi 3. Kelihatannya aku lebih suka pada dimensi 3, sementara Wilis memilih deret (lebih tepatnya barisan, karena tidak dijumlahkan suku-sukunya). Sementara Hadi lebih suka mengerjakan suku banyak.
Saya tidak memilih suku banyak karena soalnya agak berbeda dengan yang pernah saya pelajari. Saya tidak memilih barisan, karena hanya ditugasi mencari suku ke n, jadi serasa kurang bergengsi. Tapi apa yang terjadi? Usaha saya untuk menjawab dimensi 3 tidak ketemu-ketemu. Walaupun ketemu, tetapi usaha yang saya lakukan benar-benar melelahkan. Ketika Bu Bedria membuat pembahasan, ternyata jawaban akhirnya berbeda dengan punyaku. Saya masih sangat PD dengan jawabanku. Saat itu saya tidak menyadari, dengan perhitunganku yang sangat panjang, maka kemungkinan terjadi kesalahan sangatlah besar. Aku menyadarinya setelah sampai di rumah.
Ketika Bu Bedria melakukan pembahasan barisan, saya kurang memperhatikan karena sibuk sendiri ngulik dimensi 3 nya. Tiba giliran pembahasan suku banyaknya. Saat itu Bu Bedria hanya memberi petunjuk terlebih dahulu. Seingat saya waktu itu soal yang diberikan adalah tentang akar-akar suku banyak yang membentuk deret aritmetika. Karena siswa kelas 1 dan 2 belum tahu tentang deret aritmetika maka Bu Bedria menjelaskan tentang deret aritmetika.
Saat itulah teman sebelah saya (Hadi) langsung mengerjakannya dengan perhitungan yang agak nekat, mksudnya walaupun hitungannya panjang dia tetap melanjutkan. Sementara saya cenderung mencari strategi. Akhirnya, Hadi menemukan jawabannya. Seingat saya waktu itu jawaban Hadi betul. Sejak saat itu saya lansung berfikir, jika ada soal jangan terlalu banyak mikir, langsung kerjakan saja, walaupun hitungannya agak rumit.
Sampai di rumah saya mengulang-ulang soal yang diberikan. Karena berfikir keras tubuh saya memanas, tetapi bukan sakit. Ini baru saya rasakan pertama kali ketika belajar matematika. Wah luar biasa soal-soal olimpiade ini, saya mulai merasakan beginilah soal-soal yang menuntut orang untuk berfikir. Tidak seperti soal-soal di sekolah yang cenderung mengingat cara. Karena begitu teori diberikan, maka soal-soal yang diberikan tidak jauh berbeda dengan teori.
Keesokan harinya Wilis memberitahukan ada soal-soal yang bagus, yang isinya semua penalaran. Soal-soal itu adalah bekas kompetisi matematika di Unibraw yang didapt dari teman kami, Salman (alm). Misalnya berapa banyak angka nol di posisi paling belakang pada bilangan 80! (delapan puluh faktorial). Ada lagi soal 7 pangkat 1991 jika dibagi 100 sisanya berapa ? Dan masih banyak soal yang lainnya. Melihat soal-soal itu saya langsung kepengin memfotokopi. Dengan adanya soal ini maka beban belajar saya meningkat. Tetapi, ini merupakan tantangan yang menggairahkan. Bagaimana kelanjutan lomba ini ? Silakan lanjutkan di bagian 11.
Wednesday, December 16, 2009
Hidup Bahagia
Apa sich artinya bahagia? Apakah sukses identik dengan bahagia? Apakah kaya identik dengan bahagia? Apakah kemewahan identik dengan bahagia?
Sebelum saya bahas, saya seringkali bertanya, entah kepada diri saya ataupun orang lain. Kejadian apa saja yang membuat anda bahagia. Jawaban orang sangat bermacam-macam, ada yang merasa bahagia ketika lulus kuliah, ada yang merasa bahagia ketika menikah, ada yang bahagia karena mendapatkan mobil BMW, ada yang bahagia ketika merayakan ulang tahun, ada yang bahagia karena menang lomba ataupun undian, ada yang bahagia karena selamat dari bencana, ada yang bahagia karena naik gaji, ada yang bahagia karena perusahaannya tumbuh cepat, bahkan ada orang yang bahagia ketika mendapatkan uang Rp 5000,- dan lain-lain.
Kejadian di atas sering disebut dengan istilah magic moment. Yang jadi masalah magic moment tidak terjadi setiap saat. Ada orang yang bahagia ketika menikah. Celakanya, kan kita tidak bisa menikah setiap saat. Mungkin seumur hidup hanya sekali. Itupun setelah setahun berlalu juga biasa-biasa saja. Ada orang yang bahagia ketika menang undian BMW, tetapi setelah sekian lama menjadi biasa-biasa saja. Apa yang sebenarnya orang inginkan?
Sebenarnya yang diinginkan orang hanyalah perubahan perasaan. Perubahan perasaanlah yang benar-benar diinginkan seseorang. Ketika seseorang memperoleh mobil BMW, maka perasaanya seketika berubah. Ketika seseorang menikah maka perasaanya berubah. Ketika perasaannya beruhbah itulah orang merasa bahagia. Orang yang tidak pernah memiliki uang, ketika memperoleh uang Rp 5000,- akan merasa bahagia, karena saat itulah perasaaanya berubah.
Setelah sekian lama orang menikah maka dia merasa biasa-biasa saja, karena tidak ada perubahan perasaan lagi. Yang menjadi masalah, bisakah perubahan perasaan ini kita ciptakan sendiri, dalam waktu cepat, murah, mudah, serta tidak tergantung pada orang lain?
Kabar gembiranya ternyata ADA.
Kita bisa menciptakan magic moment ini setiap saat. Bahkan dengan biaya yang sangat murah. Yang penting ketika kejadian itu kita konek dengan diri kita sendiri.
Magic moment yang bisa kita buat itu misalnya adalah menarik nafas panjang, minum air putih, shalat, baca kitab suci, jalan-jalan, menelpon orang tua, berenang, dan lain-lain. Itu semua bisa merubah perasaan kita. Anda bisa memilih sendiri kegiatan seperti itu. Saya sendiri sudah menuliskan lebih dari 50. Saya harap setelah membaca ini anda juga menulis, jadi ketika perasaan kita tidak enak kita bisa langsung merubah perasaan kita.
Contohnya, ketika seseorang menyetir mobil dan jalanan macet, dia sangat tegang. Setelah setengah jam, kemacetan baru berlalu. Ketika kemacetan berlalu dia menarik nafas panjang. Itulah kesalahannya, semestinya ketika macet dia seharusnya menarik nafas panjang supaya tidak tegang.
Apa sajakah yang membuat orang bahagia? Secara umum ada 3 poin :
1. Magic Moment
2. Perbandingan
3. Buat lebih menderita
Apa maksudnya perbandingan? Jika kita tidak bahagia karena miskin, maka bandingkanlah dengan orang yang lebih miskin.
Ketika Jerman Timur bersatu dengan Jerman Barat maka kekayaan mereka meningkat 3 kali lipat, tetapi tingkat kebahagiaannya menurun. Apa penyebabnya? Ternyata penyebabnya karena mereka sering bertemu dengan orang Jerman Barat yang jauh lebih kaya. Sebelumnya mereka miskin tetapi bahagia, karena mereka miskin bersama. Sekarang ketika kaya mereka cenderung tidak bahagia karena melihat orang yang lebih kaya.
Apa maksudnya buat lebih menderita? Misalnya anda terbiasa memakai mobil. Suatu hari karena perusahaan orang tua anda bangkrut, anda kehilangan mobil untuk dijual. Anda harus memakai sepeda motor. Hal ini tentunya membuat anda tidak bahagia. Untuk itu buat supaya lebih menderita. Caranya? Setiap hari anda jalan kaki jika pergi ke sekolah atau ke kampus selama 2 bulan. Setelah dua bulan coba pake sepeda motor. Anda pasti merasakan bahagia karena terjadi perubahan perasaan.
Sebelum saya bahas, saya seringkali bertanya, entah kepada diri saya ataupun orang lain. Kejadian apa saja yang membuat anda bahagia. Jawaban orang sangat bermacam-macam, ada yang merasa bahagia ketika lulus kuliah, ada yang merasa bahagia ketika menikah, ada yang bahagia karena mendapatkan mobil BMW, ada yang bahagia ketika merayakan ulang tahun, ada yang bahagia karena menang lomba ataupun undian, ada yang bahagia karena selamat dari bencana, ada yang bahagia karena naik gaji, ada yang bahagia karena perusahaannya tumbuh cepat, bahkan ada orang yang bahagia ketika mendapatkan uang Rp 5000,- dan lain-lain.
Kejadian di atas sering disebut dengan istilah magic moment. Yang jadi masalah magic moment tidak terjadi setiap saat. Ada orang yang bahagia ketika menikah. Celakanya, kan kita tidak bisa menikah setiap saat. Mungkin seumur hidup hanya sekali. Itupun setelah setahun berlalu juga biasa-biasa saja. Ada orang yang bahagia ketika menang undian BMW, tetapi setelah sekian lama menjadi biasa-biasa saja. Apa yang sebenarnya orang inginkan?
Sebenarnya yang diinginkan orang hanyalah perubahan perasaan. Perubahan perasaanlah yang benar-benar diinginkan seseorang. Ketika seseorang memperoleh mobil BMW, maka perasaanya seketika berubah. Ketika seseorang menikah maka perasaanya berubah. Ketika perasaannya beruhbah itulah orang merasa bahagia. Orang yang tidak pernah memiliki uang, ketika memperoleh uang Rp 5000,- akan merasa bahagia, karena saat itulah perasaaanya berubah.
Setelah sekian lama orang menikah maka dia merasa biasa-biasa saja, karena tidak ada perubahan perasaan lagi. Yang menjadi masalah, bisakah perubahan perasaan ini kita ciptakan sendiri, dalam waktu cepat, murah, mudah, serta tidak tergantung pada orang lain?
Kabar gembiranya ternyata ADA.
Kita bisa menciptakan magic moment ini setiap saat. Bahkan dengan biaya yang sangat murah. Yang penting ketika kejadian itu kita konek dengan diri kita sendiri.
Magic moment yang bisa kita buat itu misalnya adalah menarik nafas panjang, minum air putih, shalat, baca kitab suci, jalan-jalan, menelpon orang tua, berenang, dan lain-lain. Itu semua bisa merubah perasaan kita. Anda bisa memilih sendiri kegiatan seperti itu. Saya sendiri sudah menuliskan lebih dari 50. Saya harap setelah membaca ini anda juga menulis, jadi ketika perasaan kita tidak enak kita bisa langsung merubah perasaan kita.
Contohnya, ketika seseorang menyetir mobil dan jalanan macet, dia sangat tegang. Setelah setengah jam, kemacetan baru berlalu. Ketika kemacetan berlalu dia menarik nafas panjang. Itulah kesalahannya, semestinya ketika macet dia seharusnya menarik nafas panjang supaya tidak tegang.
Apa sajakah yang membuat orang bahagia? Secara umum ada 3 poin :
1. Magic Moment
2. Perbandingan
3. Buat lebih menderita
Apa maksudnya perbandingan? Jika kita tidak bahagia karena miskin, maka bandingkanlah dengan orang yang lebih miskin.
Ketika Jerman Timur bersatu dengan Jerman Barat maka kekayaan mereka meningkat 3 kali lipat, tetapi tingkat kebahagiaannya menurun. Apa penyebabnya? Ternyata penyebabnya karena mereka sering bertemu dengan orang Jerman Barat yang jauh lebih kaya. Sebelumnya mereka miskin tetapi bahagia, karena mereka miskin bersama. Sekarang ketika kaya mereka cenderung tidak bahagia karena melihat orang yang lebih kaya.
Apa maksudnya buat lebih menderita? Misalnya anda terbiasa memakai mobil. Suatu hari karena perusahaan orang tua anda bangkrut, anda kehilangan mobil untuk dijual. Anda harus memakai sepeda motor. Hal ini tentunya membuat anda tidak bahagia. Untuk itu buat supaya lebih menderita. Caranya? Setiap hari anda jalan kaki jika pergi ke sekolah atau ke kampus selama 2 bulan. Setelah dua bulan coba pake sepeda motor. Anda pasti merasakan bahagia karena terjadi perubahan perasaan.
Subscribe to:
Posts (Atom)