Kisah ini adalah lanjutan dari bagian 10.
Soal-soal kompetisi matematika dari Unibraw mwmang cukup menantang. Saya berlatih dan terus berlatih. Banyak soal-soal yang tidak bisa saya jawab, tetapi saya terus mencoba karena memang menarik.
Ketika tiba waktu olimpiade saya merasa sudah siap. Wakt itu pelaksanaan olimpiade dilakukan di SMP 1 Tulungagung. Waktu itu yang di testkan ada 6 soal. Babak pertama 3 soal, lama waktunya 120 menit. Setelah itu ada istirahat setengah jam. Kemudian babak kedua 3 soal, waktunya juga 120 menit. Ketika mengerjakan saya menggunakan prinsip saya yang sebelumnya, yaitu langsung mengerjakan tanpa terlalu banyak berfikir.
Ketika di babak 1 saya lebih terfokus pada soal nomor 1 “dari angka 0, 1, 2, 3, 4, …..999.999.999. Tentukan banyaknya bilangan yang mengandung angka 1 atau 2. Saya mulai menghitungnya secara manual, misalnya dari 0 sampai 9 ada 2 bilangan, dari 10 samapai 99 ada 34 bilangan, dan seterusnya. Rupanya untuk menghitung ini membutuhkan waktu lebih dari 1 jam. Saya kelelahan dan hanya memiliki waktu yang sedikit untuk mengerjakan soal nomor 2 dan 3.
Babak kedua saya juga mengalami hal yang sama. Setelah selesai lomba, saya yang tadinya optimis berubah menjadi pesimis. Saya berfikir, saya sudah menamatkan materi dari kelas 1 sampai 3, tetapi tidak berhasil. Rupanya apa yang saya lakukan salah, ….. sebenarnya tidak salah. Namanya belajar juga pasti berguna banget. Hanya saja saya belum punya banyak pengalaman dalam melatih nalar, jadi saja saya belum siap.
Selesai pulang, tujuan utama saya satu. Saya harus belajar olimpiade lebih banyak lagi. Saya harus banyak melatih nalar saja. Kebetulan soal-soal yang saya dapat dari kompetisi matematika Unibraw banyak yang berisi penalaran. Soalnyapun sangat banyak, mungkin ada sekitar 10 lembar. Saya sudah tidak perduli lagi apakah saya lolos atau tidak. Kalaupun tidak lolos masih ada kesempatan sekali, yaitu nanti di kelas 3.
Dari hasil pengumuman, saya tidak lolos. Dan memang, siswa SMA saya tidak ada yang lolos. Yang lolos justru dari SMA yang kurang terkenal. Saya tidak habis fikir, kenapa mas Suprianto tidak lolos. Ya, tapi apapun yang terjadi saya tetap mau belajar. Tahun depan harus lolos.
Tidak berapa lama setelah pengumuman olimpiade, di sekolah saya tertempel pengumuman dari Unair. Pengumuman itu adalah tentang Liga Matematika Unair. Suatu lomba matematika yng pesertanya berupa tim . Tiap tim ada 3 orang. Rupanya siswa kelas 3 banyak yang mendaftar. Ketika itulah muncul fikiran saya untuk ikut lomba. Akhirnya kuhubungi Hadi dan Wilis untuk ikut lomba. Rupanya Hadi tidk berminat, sementara Wilis antara mau dan tidak mau.
Dengan mengajak Wilis beberapa kali akhirnya Wilis mau juga. Permasalahannya 1 orang lagi siapa? Akhirnya setelah mencari-cari akhirnya Wilis menemukan orang yang mau, yaitu Salman. Dengan uang pendaftaran dari kantong kami sendiri, kami mencoba ntuk mendafar. Permasalahannya, siapa yang mendaftarkan ke Surabaya?
Muncull berbagai ide-ide, tetapi akhirnya Salman berinisiatif dia yang mendaftakan. Pada hari ketika paginya mau mendaftar, Wilis ngomong, ada anak kelas 3 yang ikutan lagi. Jadi lebih baik pendaftaran dititipkan ke anak kelas 3 saja. Setelah disepakati akhirnya pendaftaran dititipkan.
Bagaimana kelanjutan lomba ini? Silakan dibuka di bagian 12